(ilustrasi) |
Sorotan tersebut menyusul tidak adanya laporan dari pihak Komisi A DPRD Manado kepada Walikota atau pihak berwajib, karena hal ini dinilai sudah merupakan upaya sogoksan disaat sedang menjalankan tugas. Tidak hanya itu, Camat Bunaken juga sudah mengeluarkan kata-kata yang tidak baik karena diserang terus oleh Komisi A lewat pertanyaan yang berhubungan dengan LKPJ Walikota Manado.
"Ada apa dengan sogok menyogok. Mungkin sudah kebiasaan atau apa? Kenapa tidak dilaporkan? Artinya ada yang salah termasuk para legislatornya karena ternyata upaya memalukan tersebut tak dilaporkan," kata sejumlah aktivis Manado saat ditemui di salah satu rumah kopi.
Lebih lanjut dikatakan para aktivis ini bahwa, ada kemungkinan jika sogokan yang diberikan oleh Camat Bunaken bukanlah atas inisiatif dari Camat, tetapi memang sudah dimintakan terlebih dahulu oleh Komisi A.
"Mungkin saja karena ada wartawan kemudian para legislator takut ambil uang itu. Kan kasus permintaan uang pernah terjadi lalu, saat media ramai-ramai memberitakan permintaan kumpul uang lurah dan camat pada 2 tahun lalu dan lagi-lagi di Komisi A. Jadi bisa dikatakan sudah menjadi kebiasaan kalau bertemu Komisi A bawa amplop putih," kata para aktivis ini kembali.
Sementara, para personil Komisi A DPRD Kota Manado mengaku jika mereka tak melaporkan persoalan sogokan dari Camat Bunaken lebih disebabkan yang bersangkutan telah meminta maaf kepada seluruh personil Komisi A.
"Sudah minta maaf. Camat datang berulang kali minta maaf katanya khilaf. Apalagi menurut Camat dia lagi dalam kondisi tidak fit karena seharian mengikuti rakorev," kata personil Komisi A Arthur Paath dan diiyakan sejumlah rekannya. (red,km/bk)